Balada Sang Pemberontak
Beberapa minggu belakangan gue jengkel
banget dengan AIR HUJAN!
Mengapa? Soalnya mau jalan gak bisa,
kalau pun mau maksa jalan… tau sendiri jalanan becek, gak ada ojek, rambut-pun
jadi lepek!
Bukan itu saja, pakaian juga gak ada
yang kering. Tau sendirilah anak kos seperti gue, punya stok baju plus celana
cuma seiprit, jadi kalau gak kering mau pakai apa?
Yang menambah gue membenci hujan yaitu bertepatan
dengan gue melakukan PENELITIAN.
Terus kenapa? Ya…, jelas menyengsarakan gue lah…secara responden penelitian gue
itu adalah penderita Tuberculosis yang
dirawat di poli paru. Nah, kalau hujan terus dari mana bisa responden gue ke poli
paru, mendingan responden gue narik selimut buat melanjutkan tidurnya atau paling
gak dia mandi air hujan bareng ama anak dan cucunya.
Berulang kali gue mendumel dalam hati,
bahkan gue sampai tereak ditengah jalan: “Tuhan…Aku benci hujan! Aku benci
hujannnn…”, ternyata omelan gue didengar, hujan berhenti selama dua hari!
Ajaib…gue lompat kegirangan tapi seketika gue menyesal. Kenapa tadi gue gak
ngomong, “Tuhan aku benci hidup susahhh…” Pasti Tuhan girimkan emas satu karung
buat gue!*www.Ngarep.com
Ternyata tidak hanya dua hari, tapi
dihari berikutnya hujan tidak juga turun. Sehingga jalanan sudah gak becek
lagi, ojek sudah beraksi, dan rambut gue kembali rapi…
Tapi, disuatu hari ketika gue mau
mandi, tiba-tiba air mati! Akhirnya gue pergi tanpa sikat gigi. Ternyata tak
hanya sehari, gue gak mandi. Tapi udah satu minggu menanti. Berharap air PDAM normal kembali. Akhirnya gue merenung seorang diri,
Tuhan Maafkan hamba-Mu ini. Mencemooh air hujan yang jatuh kebumi. gue menyesal
telah menghakimi. Turunkanlah hujan pada kami. Agar gue tidak bau terasi.
Setelah komat-kamit baca doa. Hujan pun
turun secara tidak terduga, dengan cepat kuambil ember untuk menampungnya.
Ketika penuh, segera kumandi dengan cepatnya. Tanganku menyenggol keran air
tanpa sengaja. Ternyata air PDAM telah mengalir dengan derasnya. Selesai mandi,
lemari baju kubuka. Ternyata pakaian gue sudah gak ada! Setelah gue ingat-ingat,
ternyata pakaian gue sudah dijemur semua. Dan ketika melihat jemuran, gue kaget…
ternyata pakaian gue telah basah semua!
Tuhan… Mengapa kau
turunkan…Ehhh…bukankah gue udah bertaubat gak bakal mengeluh? “Tuhan,
turunkanlah aku seorang wanita yang cantik, bahenol dan baik hatinya…” Teriak
gue di depan kamar.
Tanpa gue duga, muncul seorang wanita
behenol, tidak baik hatinya dan tidak juga cantik! Dialah Ibu Kos gue, “Mengapa
siang-siang begini, Kamu teriak-teriak… mau bayar tunggakan bulan kemarin?”
Tanyanya judes.
“Ngak, Bu… Saya mau masuk kedalam,”
kata gue, langsung masuk kedalam kamar dan reflek menutup pintu.
“Iwan, buka pintunya…” teriak Ibu Kos.
“Kenapa, Bu?” tanya gue lemes di
sela-sela pintu.
“Kenapa, kenapa? Kapan kamu bayar…”
Gue menarik nafas dalam, “Tanggal 15,
bu… tenang…nanti iwan bayar…”
“Terus, ngapain kamu ngumpet kayak
maling gitu?” ucapnya sinis.
“Saya malu, Bu. Soalnya pakaian saya
basah semua, jadi saya cuma handukan…” kata gue akhirnya.
Ibu Kos diam sebentar, “Ya, udah… sini
saya temani kedalam,” liriknya genit.
“Jangan, Bu…”Kata gue ketakutan.
“Ayolahh…”gamitnya.
“Aduh, jangan, Bu…Saya masih Ting-ting,
Bu…”
“Ibu, malah suka yang masih Ting-ting,”
balasnya lagi.
“Tidakkk…” kata gue langsung membanting
pintu.
“Haha…” sebuah suara terdengar di luar,
“Iwan, iwan… gitu aja kok takut!, Haha…” tawa Ibu Kos renyah.
Gue mengelus dada, “Syukurlah…hampir
saja keperjakaan gue direngut KUDA NIL…”
“Apa kamu bilang?! Kuda nil?! Saya?
Maksud kamu?!” teriakan kasar memekakkan telinga.
“Bukan, bukan…Kuda Nil, Bu… Tapi Gajah!
Ehhh, salah…Bukan, Ibu maksudnya…”
“Iwannnn…” Teriaknya sambil melemparkan
Bom kedalam kamar gue.
Loading...