Memadamkan Api Cemburu

“Ehh, gue lihat cewe loe tadi boncengan sama cowok!” Ujar salah seorang remaja berperawakan kurus pada temannya yang sedang minum air kobokan.
Seperti tersengat lebah yang lagi hamil, Anto langsung tersedak, “Apa?!” refleknya tidak percaya.

“Iya, tadi benyamin juga lihat!” kata cowo berperawakan kurus yang bernama Andi itu—menunjuk  Benyamin.
Benyamin menganggukkan kepalanya, “E-eh, mana cewek loe pakai acara peluk-pelukan lagi!” tambahnya memanasi Anton.
Anton bangkit dari tempat duduknya, sambil berkata, “Apa?!”
Sekelebat muncul asap di belakangnya, kobaran api di tubuhnya. Ya, Anton telah berubah! Kini ia telah menjadi manusia super, bukan Batman maupun Superman tapi GosongMan! Karena ternyata, asap dan api yang muncul, berasal dari api kompor yang mengenai pakaiannya! Sungguh kekuatan yang luar biasa! Hanya orang-orang tertentu yang dapat membakar dirinya hidup-hidup*StandingApluse.
***
Otak Anton mendidih ketika dengan mata kakinya sendiri—dilihatnya Nisa berpelukan mesra dengan seekor lelaki. Dengan kecepatan maksimal, dicegatnya motor berwarna merah itu cepat.

“Turunnn...” teriak Anton pada Nisa.
Nisa yang melihat kemarahan Anton langsung pucat pasi.
“Eh, kamu. Berani-beraninya kamu mengambil pacar orang! Kamu tau gak, cewek ini pacar gue!” bentaknya pada cowok yang beralis tebal itu.
Cowok beralis tebal itu tidak marah, malas tertawa cekikikan.
Melihat itu, Anton malah tambah gregetan ingin menghajar cowok itu. Dia pengen menghajar mukanya, menghajar perutnya dan mengajar Bahasa indonesia (Lho?).
“Sayang, tunggu dulu... biar Nisa jelasin,” kata pacarnya berusaha menenangkan dengkul Anton.
“Ahh, gak perlu ada yang dijelasin! Pokoknya gue pengen menghajar dia!” Anton berteriak penuh emosi.  
Si Alis tebal mendengar itu malah tambah jadi tawanya, “Haha... ini pacar kamu?!” tanyanya pada Nisa.
“Eh, napa loe nanya-nanya. Sudah hitam, kribo, hidup lagi! Mau... gue hantam loe!” Caci Anton.
PLETAKKK....
Sebuah tamparan mengenai pipi Anton. Keras dan menyakitkan.
“Kamu tahu itu siapa?” mata Nisa melotot, “Itu, kakak aku...” katanya akhirnya.
Anton terdiam di tempat. Kakak? Pantesan tadi, jantung gue deg-degan. Tapi kenapa gue malu mau mengungkapkannya, ya? Apakah ini  yang dinamakan... Cinta, pikirnya dalam hati.
Anton tiba-tiba tersadar, ketika didengarnya tangis Nisa. Loh, kok gue gak nyambung gini, guekan suka cewe? Dasar piktor! Ucapnya pada diri sendiri.
Secepat kilat disalaminya tangan kakak pacarnya itu, “Maaf, kak...” katanya malu.
Si alis tebal masih tertawa cekikikan, “Mau jabatan dengan orang hitam seperti saya, ini?” katanya kemudian.
“Ya, maulah Kak...” katanya gak enak hati.
“Bener?” canda si alis tebal.
“Ya, kak! Mau banget, soalnya kakak ganteng banget, sih!” katanya spontan.
Reflek Nisa dan si alis tebal melongo atas pernyataan si Anton, “Apa?! Jangan-jangan kamu...”
Anton menggelengkan kepalanya, “Tidakkkk, bukannn ituuuuu.....”
Loading...

Subscribe to receive free email updates: