Pencegahan dan Pengobatan Tuberkulosis

Di Indonesia, Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu dari golongan infeksi dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan usia.
Untuk mengurangi dan mengobati  penderita tuberkulosis ada dua cara yang dapat ditempuh:
1.Terapi/pengobatan.
WHO merekomendasikan Diresctly Observed Treatment Short course (DOTS) dalam strategi penyembuhan tuberkulosis jangka pendek. Di Indonesia dikenal dengan Pengawas Menelan Obat (PMO).
Mengapa hal ini penting daam mengurangi dan mengobati penderita tuberkulosis, karena kebanyakan penderita tuberkulosis, jika sudah merasa ‘sembuh’ ia akan menghentikan pengobatan tuberkulosis yang memang memakan jangka waktu yang lama, untuk itu diperlukan seseorang untuk mendeteksi penderita (menemukan penderita tuberkulosis), melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.
Jika pasien telah diidentifikasi dengan tuberkolosis, maka akan diberikan obat dengan komposisi dan dosis yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Obat tuberkulosis yang biasa digunakan adalah: Isioniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Streptomycin, dan Etambutol. Biasanya obat ini diberikan terdiri dari kombinasi tiga sampai empat macam obat, untuk menghindari munculnya bakteri resisten. Dimana obat ini, biasanya dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang (minimal enam bulan).


2.Imunisasi

Merupakan pengontrolan tuberkulosis yang kedua. Dimana imunisasi akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis ini. Vaksin ini adalah Bacillus Calmette Guerin (BCG) yang terbuat dari bakteri Mycobacterium tuberculosis strain Bacillus Calmette-Guerin. Vaksin hidup ini bisa berkembang biak di dalam tubuh dan diharapkan bisa merangsang antibodi seumur hidup. Di Indonesia, vaksin ini diberikan sebelum bayi berusia dua bulan.
Loading...

Subscribe to receive free email updates: