Lima Cara Mudah Mengenali Obat Palsu Yang Beredar Dipasaran

Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan peredaran obat palsu mencapai 10% dari total obat di pasaran dunia. Dan lebih mengejutkan lagi, diperkirakan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, presentasenya bahkan bisa mencapai sekitar 25%!
Di negara China pada tahun 2001, ditemukan fakta yang mengejutkan, dimana ada sekitar 192.000 pasien meninggal dunia setelah menggunakan obat palsu. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Walaupun belum ada laporan separah itu, tapi sekitar 81 produk obat palsu ditemukan di pasaran. Angka ini jelas sebagai sinyal merah bahwa peredaran obat palsu tidak bisa dianggap enteng.

Masah obat palsu ini memang tidak bisa dianggap enteng. Bahayanya tidak seperti barang bajakan lain, sebab produk obat berkaitan langsung dengan kesehatan dan nyawa komsumen yang mengkomsumsinya.

Berdasarkan isinya, secara umum ada tiga kelompok obat palsu, yaitu:
1.   Obat palsu dengan kandungan bahan aktif nol persen. Misalnya: obat Ponstan palsu. Bentuk kapsulnya serupa dengan bentuk obat aslinya, tapi begitu diperiksa dilaboratorium, isinya ternyata tepung saja.
2.  Obat palsu yang mengandung bahan aktif tapi substandar. Contohnya adalah Viagra palsu. Obat palsu ini memang benar mengandung sildenafil sitrat tapi kadarnya jauh lebih rendah dari angka yang tertera di label.
3.  Obat palsu yang berisi zat aktif lainnya, tidak sesuai dengan labelnya. Misalnya yang mestinya berisi obat Cetriaxone ternyata di isi dengan Cefotaxime.
Di negara maju biasanya pemalsu obat ini memilih obat mahal untuk di bajak, sedangkan di negara berkembang lebih condong untuk memalsukan obat yang omzet perdagangannya besar walaupun harganya relatif murah atau obat yang dipakai terus menerus seperti obat antidiabetes maupun obat antihipertensi.
Lalu, bagaimana cara membedakan antara obat yang asli dengan obat yang palsu? Berikut beberapa tips untuk mengenali obat palsu yang beredar di pasaran:
1.   Ada beberapa obat palsu yang membuat produk tiruan dengan cara yang kasar sehingga gampang dikenali. Ambil contoh pada obat Ponstan, jika pada obat aslinya dikemas dalam blister miring-miring maka pada produk bajakannya dikemas dengan cara yang berbeda, yaitu: arah obat sejajar. Oleh karena itu ada baiknya Anda mengenali jenis obat asli yang akan Anda beli, karena bagi petugas Apotek sangat mudah mengenali ‘kelainan’ kemasan obat ini, tapi bagi masyarakat awam tentu ciri-ciri fisik seperti ini akan luput dari perhatian.
2.  Perhatikan insentitas warna yang berbeda, mungkin terlalu pudar atau terlalu tua. Bisa juga dilihat dari kelengkapan informasi di kemasan. Misalnya tidak menyertakan tanda obat keras berupa huruf ‘K’ di dalam lingkaran merah. Bisa juga tidak menyertakan nomor registrasi, logo produsen atau batas kadaluwarsa.
3.  Obat palsu bisa juga dilihat pada penggunaan jenis dan ukuran huruf (font) yang dipakai dikemasan. Biasanya, jenis font-nya terlalu tipis atau lebih besar dari font aslinya, sangat mungkin produk tersebut adalah produk bajakan (palsu)
4.  Obat palsu terkadang bisa diketahui saat digunakan. Sayangnya, cara ini sebagian besar hanya diketahui oleh petugas kesehatan. Ambil contoh kasus yang terjadi pada sebuah Rumah Sakit yang pernah menemukan obat palsu ini. Dimana, ketika Perawat menambahkan pelarut sebelum disuntikkan ke pasien, antibiotiknya sulit larut padahal biasanya mudah untuk larut. Karena mencurigakan, pihak Ruma Sakit pun mengirimkan obat ini untuk diperiksa di Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM. Ternyata, dari hasil uji laboratorium obat Antibiotik tersebut palsu.
5.  Umumnya harga obat palsu lebih murah dari harga obat aslinya. Untuk itu jangan tergiur akan harga miring yang diberikan, karena pada dasarnya tidak ada obat yang bisa dikulak langsung dari pabriknya.
Loading...

Subscribe to receive free email updates: