Rahasia Kucing Hitam
Minggu pagi, gue dan Bapak berencana memperbaiki rumah. Seperti
biasa, gue yang bertugas menyiapkan perkakas
pertukangan. Ketika hendak mendekati perkakas pertukangan, tiba-tiba kucing
berwarna hitam mengaum marah.
“Miawww…” Erangnya.
Terang saja, gue terkaget-kaget karenanya. Tidak
mau kalah, gue juga ikut mengerang—berharap kucing
hitam emosional itu akan pergi meninggalkan tempat perkakas pertukangan Bapak.
Tapi apa yang terjadi, Kucing hitam itu
bukannya pergi tapi malah makin menjadi. Erangannya lebih sangar dari yang
pertama. Kalau dibahasakan bahasa manusia, kira-kira dia berbicara seperti ini,
“Jangan dekat-dekat. Kalau berani dekat, nyawa loe-- gue sikat!”
Gue terdiam beberapa saat. Akhirnya gue punya ide! Gue
ambil sapu di belakang pintu, ketika hendak memukulkan sapu itu ke kucing
hitam, tiba-tiba dengan cepatnya kucing itu mengaum marah dan langsung melompat
ke arah gue. Dengan serta merta gue langsung lari karena takut padanya.
Sangat menyeramkan! Bisa-bisanya gue sebagai manusia takut terhadap kucing! Memalukan!
Ejek isi hati gue.
“Mana Tukulnya?” Tanya Bapak.
“Belum diambil, Pak…hehe…” tawa gue.
“Kenapa belum diambil? Ambil sudah!”
bentak Bapak.
Oh, My god. Matilah gue!
Dengan keberanian yang ada, gue dekati lagi perkakas pertukangan Bapak. Ternyata,
kucingnya masih ada! Di tatapnya mata gue
tajam, “Mau apa kau kesini? Mau cari mati?” begitu kira-kira isi hatinya.
Ketika gue
hendak meraih Tukul, kembali dia meraung panjang dan menerkam tangan gue dengan kukunya yang
tajam. Terlambat sedikit saja, bisa dipastikan gue
akan terluka olehnya.
Karena takut gagal, gue akhirnya punya cara lain. Gue ambil air, lalu dengan sekuat tenaga, gue lemparkan air itu padanya. Kucing itu tampak panik
dan secepat kilat dia bergegas mengiggit sesuatu. Ternyata yang di gigitnya itu
adalah anaknya sendiri.
Seperti tersadar, rupanya sedari tadi
dia marah bukan karena dia ingin berkelahi dengan gue, tapi karena ingin melindungi anaknya. Dan ketika gue menyiramkan air padanya—tidak ada pilihan lain buatnya, selain menyelamatkan anaknya dari air yang akan
membuat anaknya kedinginan.
Untung saja dia lari ketika
airnya gue siramkan, kalau enggak—gue akan berubah jadi makhluk super untuk
mengusirnya! Mau tau gue jadi sosok seperti apa? Tentu saja gue akan menjadi
superhero yang gagah perkasa, Power Ranger.... PINK! Haha...
Loading...