Cerita Yang Paling Mengharukan
Marlina
menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Sedetik kemudian ditumpahkannya air
matanya. Bukan karena Ia di tinggalkan Anto—kekasihnya ke Afrika tapi
dikarenakan ia habis mengupas bawang merah.
Setelah
lima tahun menangis, suara Hpnya berbunyi. Di lihatnya Anto menelponnya, “Halo,”
Ujar suara di seberang sana.
“Aloha,”
jawab Marlina semangat.
“Apakabar,
sayang?” Gombal Anto.
“Baik
... kamu?”
Anto
tersenyum simpul, “Baik, juga sayang. Sudah makan belum?” tanyanya lagi.
“Belum,
tapi tadi barusan ngemil. Ngemil kuaci 5
bungkus sama keripik singkong 50 karung,” jawabnya manja.
Mendengar
itu Anto sangat bangga akan sifat ‘hemat’ kekasihnya itu, “Makan yang banyak
dong sayang, masa cuma ngemil?” bujuk Anto.
“Gak
ah, nanti gemuk. Ade mau membatasi makan. Nanti malam saja Ade cuma makan Ikan,
udang, cumi-cumi dan Ikan paus! Biar Ade tetap langsing,” jawabnya lagi.
“Jangan
dong sayang, Abang kirimi Kelinci, Kambing dan Rusa, ya? Buat makan malam,”
sambung Anto.
Marlina menggelengkan kepalanya, “jangan
sayang. Boros! Abangkan di sana buat menabung untuk masa depan kita, kalau
Abang mengirimi ketiga hewan itu akan menghabiskan gaji Abang selama 50 tahun!
Lebih baik Abang, mengirimi Ade hewan lain, seperti Jerapah atau Gajah?” beber
Marlina.
Dalam
hati Anto berkata, Bukannya kedua hewan itu lebih mahal dari pada ketiga hewan
yang disebutkannya, “De... itukan lebih mahal?” tanyanya akhirnya.
Marni
menarik nafasnya, “Oh, gitu, ya? Belum apa-apa sudah perhitungan. Baru juga 20
tahun di Afrika sudah main hitung-hitungan!” ujarnya tidak terima.
“B-bukan
begitu, tapi...”
Belum
juga selesai penjelasan Anto, Marni langsung memotong, “Sekarang kamu pilih,
Aku atau Gajah?”
Anto
bingung. Pilih Marni atau Gajah, ya? Tanyanya dalam hati, kalau Marni cantik
tapi kalau Gajah bodinya itu... hmm... sayang untuk dilewatkan.
“Kenapa
diam!” teriak suara di telepon. Anto tersadar dari lamunannya, “Pilih kamu dong
sayang, masa pilih Gajah, hehe...” ujarnya cengegesan.
“Ya,
sudah. Gajah dan Jerapahnya harus sampai besok pagi. Paling lambat pukul 10,
kalau terlambat, kita PUTUS!” tekan Marlina mengakhiri pembicaraan.
Anto
terdiam. Ia mau menangis, bukan karena habis mengupas bawang merah tapi karena
uang di dompetnya sisa seribu rupiah.
Loading...