Cara Membaca Pemeriksaan Laboratorium
Salah
satu data penunjang dalam penentuan penyakit yang diderita pasien adalah
pemeriksaan laboratorium. Tapi kadang kita bingung, pemeriksaan apa yang mesti
dilakukan bila sakit menyerang? Dan ketika hasil laboratorium keluar, kita
bertambah bingung akan hasil pemeriksaan tersebut.
Untuk
itu, kali ini saya akan menjabarkan fungsi pemeriksaan laboratorium (utamanya
pemeriksaan darah) dan rentang normal dari pemeriksaan laboratorium tersebut.
Inilah beberapa pemeriksaan laboratorium (darah) yang sering dilakukan:
1.
WBC (Sel darah putih)
Pemeriksaan ini paling
sering dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi yang menyerang
tubuh. Kita tahu bersama sel darah putih akan meningkatkan jumlahnya bila ada
bakteri/kuman yang menyerang tubuh.
Tapi bukan berarti
bila jumlah sel darah putih (leukosit) menurun menandakan tubuh aman dari
infeksi, tapi justru sebaliknya. Penurunan jumlah leukosit (leukopeni)terjadi
pada infeksi tertentu, contohnya terinfeksi Virus!
Jadi bila terjadi
peningkatan maupun penurunan pada leukosit, hal ini menandakan alarm bagi tubuh
Anda. Bahwa terjadi infeksi pada tubuh Anda. Berikut nilai rentang normal dari
WBC/leukosit:
Bayi baru lahir: 9.000 – 30.000/mm3
Bayi/Anak: 9.000 – 12.000/mm3
Dewasa: 4.000 – 10.000/mm3
2. Hemaglobin
(Hb)
Perlu diketahui bahwa
Hemaglobin ini adalah sebuah molekul yang berguna dalam mengangkut oksigen
kedalam tubuh. Otomatis bila tubuh terjadi penurunan Hb maka akan terjadi
penurunan angkutan oksigen juga kedalam tubuh. Untuk itu biasanya pasien yang
mengalami penurunan Hb akan segera diberi terapi pemberian transfusi darah.
Biasanya penurunan Hemaglobin ini ditemukan pada pederita Anemia.
3. Trombosit
dan Hematokrit
Kedua pemeriksaan ini
biasanya dilihat secara bersamaan untuk menentukan penentuan DBD (Demam
Berdarah Dengue). Dimana trombosit berguna dalam proses menghentikan
perdarahan, sedangkan Hematokrit menunjukkan presentasi zat padat. Bila terjadi
penurunan berarti ada kebocoran dari pembuluh darah.
Pada Trombosit nilai
normalnya adalah 100.000 – 300.000, jika dibawah 100.000 biasanya mempunyai
resiko untuk terjadi perdarahan dan terjadi hambatan pembekuan darah. Bisa
dilihat dengan keluarnya darah dari tubuh, seperti mimisan dari hidung, gusi,
dan yang paling ditakutkan adalah terjadinya syok yang akan berakhir dengan
kematian.
Biasanya apabila
terjadi penurunan Trombosit/Hematokrit, pasien dianjurkan banyak mimum,
pemasukan cairan lewat infus,dan tranfusi plasma (tergantung derajat
keparahan).
4. Widal
dan DDR
Kedua pemeriksaan ini
memiliki tujuan yang berbeda. Widal untuk penyakit tyfus/typoid, sedangkan DDR
untuk penunjang penyakit Malaria.
Tes widal ini
sebenarnya pemeriksaan gaya lama, tapi paling sering dilakukan. Hasil positif
jika hasilnya 1/160 bahkan beberapa sumber menyatakan berada diatasnya 1/320
mengingat penyakit ini endemis di Indonesia.
Sedangkan DDR
diketahui dari hasil pemeriksaan yang dinyatakan (+) atau positif.
5. Ureum
dan Creatinin
Sama seperti Trombosit
dan Hematokrit begitu juga dengan Ureum dan kreatinin merupakan pasangan yang
satu paket yang digunakan untuk menentukan kelainan ginjal.
Ureum merupakan hasil
akhir dari metabolisme protein dalam tubuh yang nantinya akan dikeluarkan
melalui urin. Jadi jika hasil ureum
meningkat maka ini bisa jadi indikasi ada kerusakan pada ginjal. Begitu juga
dengan kreatinin yang akan dikeluarkan oleh tubuh, Cuma bedanya kreatinin
dihasilkan oleh otot.
Biasanya pasien dengan
peningkatan ureum dan creatinin akan diberi obat antideuretik dan bila tingkat
keparahannya tinggi akan dilakukan hemodelisa (Cuci darah).
6. SGOT/SGPT
SGOT (serum glutamic oxaloacetik transaminase)
biasanya dikaitkan dengan liver dan organ-organ lain, sedangkan SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase) khusus
untuk hati.
Biasanya penderita
dengan SGOT/SGPT yang meningkat berasal dari kebiasaan bekerja terlalu keras,
begadang, olahraga berlebihan yang biasanya tidak berdampak langsung pada hati
tapi pada daya tahan tubuh.
Oleh karena itu
biasanya penderita dianjurkan untuk berbaring karena mempunyai efek lebih baik
untuk peredaran darah di hati.
7. Asam
urat
Nilai normal dari asam
urat pada:
Pria: 3,4 – 8,5 mg/dl
Wanita: 2,8 – 7,3 mg/dl
Jika lebih dari nilai normal, maka
biasanya klien diberikan obat penurun asam urat. Penderita dianjurkan untuk
menghindari makanan penghasil purin, seperti daging, melinjo, kacang-kacangan,
dan jeroan.
Loading...