Waspada! Sakit Jantung Bisa Melalui Garam Dapur Anda
Garam.
Siapa yang tidak mengenal bumbu penyedap satu ini. Hampir setiap masakan, ada
sosok dia. Baik pagi, siang maupun malam kita mungkin selalu mengkonsumsinya.
Lalu, amankah kita mengkomsumsi penyedap masakan ini bagi jantung? Berikut
ulasannya:
Sebenarnya
dalam tubuh bukan garam dapur yang kita butuhkan, melainkan gugus sodium atau
natrium di dalam senyawa asin NaCl garam dapur. Dimana natrium (sodium) bermitra dengan kalium. Kalium
bekerja di dalam sel sedangkan natrium (sodium) bekerja di luar sel. Dimana
fungsi sodium sendiri adalah untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan
tubuh juga sebagai kation (ion positif). Dimana kekurangan sodium menyebabkan
listrik otak dan saraf tidak berfungsi dengan normal. Tanpa hadirnya listrik
dan saraf, otot tidak mampu bergerak.
Tapi,
untuk kasus Indonesia yang kebanyakan masyarakatnya mengkomsumsi garam, kasus
kelebihan konsumsi garam dapur malah lebih banyak dari pada yang kekurangan.
Bukan hanya kalangan berduit tapi juga kalangan menengah kebawah. Jika kalangan
berduit terjebak garam pada makanan fast food, daging, makanan berpengawet maka
kalangan menengah kebawah terjebak pada makanan olahan yang mengandung banyak
garam, salah satu contohnya adalah ikan asin.
Idealnya
tubuh membutuhkan sodium sebanyak 0,5 g sodium yang diperoleh dari 1,5 g garam
dapur atau setengah sendok teh saja. Tapi, rata-rata konsumsi garam dapur kita
nyaris sepuluh kali lipat dari kebutuhan tubuh, yakni 15 g setiap harinya! Hal
ini menyebabkan peningkatan tekanan darah atau biasa disebut darah tinggi.
Bila
konsumsi sodium (dari garam dapur) kita tinggi, maka darah tinggi (hipertensi
tidak terelakkan). Semakin lama kita membudidayakan kebiasaan mengkonsumsi
sodium tinggi, maka lama kelamaan jantung akan menjadi lemah dikarenakan
pembengkakan pada jantung. Hal ini didasarkan oleh darah tinggi memaksa jantung
untuk memompa lebih kuat. Bertahun-tahun otot jantung memompa lebih giat,
menjadikan otot jantung jadi melar. Kalau sudah melar maka melemah daya
pompanya, yang ujung-ujungnya berakibat gagal jantung.
Oleh
karena itu, ada baiknya kita membatasi konsumsi garam pada diri sendir maupun
keluarga. Karena biasanya, penggunaan garam dapur berawal dari unit terkecil
yaitu keluarga. Maka ditangan ibulah sebetulnya cita rasa lidah dibangun. Jika
dibiasakan keluarga mengkomsumsi garam secara berlebih, maka lidah akan
terbiasa begitu juga sebaliknya. Lebih menyehatkan kalau menciptakan cita rasa
di lidah yang tidak asin.
Loading...