Wah, Ternyata Jember Fashion Carnaval Berawal Dari Reuni Keluarga
Jember
Fashion Carnaval (JFC) merupakan pagelaran karnaval nomor wahid di Indonesia
dan menempati urutan keempat dalam pertunjukan karnaval tingkat dunia. Pagelaran
karnaval yang dilakukan setiap tahunnya tersebut, Jember Fashion Carnaval
selalu sukses menyedot perhatian publik tanah air maupun dunia.
Mendapati
fakta tersebut, siapa sebenarnya yang mencetuskan ide pembentukan karnaval tingkat dunia ini? Bagaimana awalnya
sampai pagelaran ini bisa melibatkan lapisan masyarakat untuk terlibat dalam
pagelaran ini? Berikut fakta menarik Jember Fashion Carnaval yang harus Anda
ketahui:
1.
Penggagas berdirinya Jember Fashion
Carnaval (JFC) adalah Dynand Fariz. Pria berkulit sawo matang ini merupakan
dosen di ESMOD, Jakarta yang mana ia pernah mengenyam pendidikan fashion di
Paris.
2. Pagelaran
Jember Fashion Carnaval awalnya adalah sebuah reuni keluarga. Dimana setiap
Idul Fitri , keluarga besar Dynand Fariz selalu mengadakan reuni keluarga. Karena
timbulnya kebosanan akan reuni keluarga tersebut, Pria kelahiran 23 Mei 1963
ini memiliki ide untuk mengembalikan minat kesebelas saudara-saudaranya untuk
mengadakan reuni dengan cara merancang acara reuni layaknya resepsi kenegaraan.
3. ‘Acara
baru’ reuni keluarga tersebut tak disangka semakin ramai. Bila awalnya hanya
berjumlah tiga puluhan anggota keluarga, akhirnya mencapai sampai empat ratusan
anggota keluarga. Puncaknya, ketika perayaan Idul Fitri, keluarga Fariz
mengadakan karnaval keluarga dengan mengenakan pakaian Idul Fitri. Nah,
peristiwa inilah menjadi titik awal kehadiran Jember Fashion Carnaval.
4. Tahun
2002, lahir konsep karnaval busana. Tapi, pagelaran karnaval busana ini tidaklah
mudah, karena minimnya pengetahuan masyarakat akan arti karnaval. Pada 1
Januari 2003, untuk pertama kalinya Jember Fashion Carnaval (JFC) digelar di
Jember dengan mengangkat tema CowBoy, Punk dan gypsy. Pada pageran pertamanya
tersebut, sayangnya hujan turun begitu deras tapi untungnya pageran itu tetap
berlangsung dengan meriah.
5. Menyadari
‘halangan’ dipagelaran pertama, Fariz merubah jadwal pageran Jember Fashion
Carnaval yang awalnya bulan Januari yang memang bulan rawan hujan menjadi bulan
Agustus. Pemilihan bulan Agustus bukan hanya alasan cuaca semata, tapi dibulan
tahun kemerdekaan Republik Indonesia tersebut merupakan jadwal libur Fariz.
6. Pageran
Jember Fashion Carnaval bukanlah tanpa halangan, pada pagelaran yang ketiganya
JFC mendapat tentangan dari Pemerintah daerah melalui anggota dewan karena
dinilai dapat merusak budaya lokal dan Jember Fashion Carnaval dianggap
terpengaruh budaya lokal.
7. Dengan
perjuangan kerasnya, akhirnya Fariz berhasil menyakinkan pemerintah setempat
untuk melaksanakan Jember Fashion Carnaval. Hasilnya, diluar dugaan Fariz, even
tahunan yang awalnya dari reuni keluarga ini ternyata berhasil menjadi awal
dikenalnya event ini di Indonesia dan dunia. Sebuah koran Nasional menempatkan
pagelaran karnaval ini sebagai topik bahasan di halaman depan pemberitaan
mereka. Baca Juga: Mengapa Kita Harus Mempunyai Impian
Loading...