Mencari Pria Kaya Raya
Laura
menatap iri, sahabatnya—Marry, yang sedang berkencan dengan Mark, Pria berbadan
tegak, berwajah tampan serta memiliki pekerjaan yang mapan. Sedetik kemudian,
Marry melambaikan tangannya dari balik kaca mobil.
“Beruntung
sekali…” ucap Laura.
Apakah
Laura jatuh hati pada Mark? Tidak… Ia tidak menyukai lelaki itu. Lalu apa yang membuat
Laura iri pada Marry? Jawabannya karena Marry memiliki kekasih yang kaya raya.
Bandingkan dengan dirinya, yang hanya berjalan kaki apabila ingin berkencan!
Menyedihkan!,
katanya dalam hati.
Dengan
cepat, dikirimnya pesan singkat kepada kekasihnya, Antoni.
***
“Ada,
apa?” tanya Antoni mengatur napasnya.
Laura
menatap wajah pacarnya dengan tajam, “Antoni, mulai sekarang hubungan
percintaan kita sampai disini!” jawabnya ketus.
Antoni
yang masih susah bernafas, kaget mendengar perkataaan kekasihnya itu, “Apa?
Hubungan cinta kita berakhir sampai di sini?!”
“Iya…”
Laura menjawab dengan singkat.
Antoni
menghirup udara perlahan, “Hmm, baiklah kalau itu keinginanmu. Padahal, aku
sudah membeli mobil buat kamu. Agar kita,
tidak capek bila berjalan
kaki lagi,” kata Antoni.
Mendengar
itu, Laura langsung melompat bahagia, “Mobil? Kamu beli mobil?” tanyanya,
“Haha… sayang, tadi aku cuma bercanda. Aku tidak mungkin memutuskan tali cinta
kita. Aku sangat mencintaimu,”
sambungnya lagi.
Antoni
tersenyum, “Oh, cuma becanda?” tanyanya.
“Iya,
aku hanya bercanda, sayang…” kata Laura menyakinkan, “Ngomong-ngomong mobil kamu dimana?
“Oh, mobil?, Jawab Antoni enteng.
Sambil memeluk Antoni, Laura mengembangkan senyumnya,
“Ayo, kamu parkir di mana?”tanya Laura tidak sabar
Antoni menatap wajah Laura, sedetik kemudian iapun ikut
tersenyum, “Aku memarkirnya di hati kamu?” canda Antoni sekenanya.
“Haha... bisa aja kamu,” Laura menggamit legan Antoni dengan
manja.
“Kamu ngak marah, aku candain?” Tanya Antoni kaget akan
respon Laura barusan.
Laura menggelengkan kepalanya, “Ngapain marah, sih
sayang. Aku tahu kamu cuma bercanda! Lagian, itu tidak akan merubah cintaku
kepadamu, sayang.”
Antoni memengang tangan Laura perlahan, “Berarti,
candaanku barusan, kamu juga tidak marah, dong?” tanya antoni kembali,
“Engga,” jawab Laura yakin.
“Kamu baik sekali sayang. Padahal kukira kamu bakal
marah, waktu kubilang mobil yang kubeli itu cuma bercandaan, hehe...” Antoni
tertawa terkekeh.
Laura berpikir sejenak, lalu berkata cepat, “Jadi, kamu
belum punya mobil! Yang tadi itu cuma bercanda?!”
Antoni menganggukkan kepalanya, “Iya...” jawabnya mantap.
Seketika
dunia berputar di kepala Laura, Iapun jatuh pingsan.
Loading...