Daftar Saham CPO Yang Bagus Dan Murah Yang Ada Di Bursa Efek Indonesia
Crude Palm Oil
(CPO) adalah salah satu komoditas utama Indonesia, dengan kontribusi besar
terhadap perekonomian negara. Di pasar modal, saham-saham perusahaan penghasil
CPO kerap menjadi pilihan investor karena potensi pertumbuhan dan dividend
yield yang menarik. Namun, memilih saham yang tepat di sektor ini memerlukan
analisis mendalam, termasuk kinerja keuangan, rasio harga, dan tingkat risiko.
Berdasarkan data Q3 tahun 2024, berikut analisis saham-saham CPO (AALI, DSNG, TAPG, LSIP, SIMP, TBLA, SSMS) di Indonesia berdasarkan revenue, laba bersih, risiko utang, dan valuasi.
Dari sisi Revenue Growth Q3 2024
Pertumbuhan
pendapatan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menangkap peluang pasar.
Dari sisi pertumbuhan pendapatan, SSMS (Sawit Sumbermas Sarana) unggul dengan kenaikan
signifikan sebesar 68%. DSNG (Dharma Satya Nusantara) juga mencatat kinerja
yang solid dengan pertumbuhan 9,1%, sementara LSIP (London Sumatra) berada di
0% dan SIMP di -5,1% yang menunjukkan
stagnasi dan penurunan. Baca Juga: Kondisi Yang Perlu Diwaspadai Pada Laporan Keuangan Perusahaan
Dari sisi Laba Bersih Q3 2024
Laba
bersih mencerminkan efisiensi operasional dan profitabilitas perusahaan:
Dari
data ini, SIMP dan LSIP menunjukkan kinerja impresif dengan pertumbuhan laba
bersih masing-masing 84,2% dan 75%. DSNG juga mencatatkan pertumbuhan tinggi
sebesar 71,2%, menunjukkan bahwa perusahaan ini berhasil menjaga profitabilitas
meskipun menghadapi tantangan pasar.
Dari sisi Risiko Utang (Debt to Equity Ratio)
Rasio
utang terhadap ekuitas (DER) mengukur risiko keuangan perusahaan.
Saham
dengan DER rendah cenderung lebih aman, terutama di sektor komoditas yang
fluktuatif. AALI (Astra Agro Lestari) dan TAPG (Triputra Agro Persada) memiliki
rasio utang paling rendah, masing-masing 0,14 dan 0,12, menandakan risiko
keuangan yang relatif kecil. Sebaliknya, SSMS memiliki DER tinggi sebesar 3,00,
menunjukkan beban utang yang signifikan.
Dari sisi Valuasi Saham (Price to Book Value)
PBV
mengukur valuasi saham berdasarkan nilai buku perusahaan:
Saham
dengan PBV di bawah 1,0 dianggap undervalued, artinya harga saham di pasar
lebih rendah dari nilai buku perusahaan. SIMP (0,36), TBLA (0,49), dan AALI
(0,58) adalah saham-saham dengan valuasi paling murah. Sebaliknya, SSMS
memiliki PBV tinggi sebesar 4,49, menunjukkan valuasi yang mahal dibandingkan
aset perusahaan.
Dari data di atas dapat ditarik
kesimpulan berikut ini:
1. Saham CPO Terbaik untuk
Pertumbuhan
Jika
fokus pada pertumbuhan, SSMS dan DSNG adalah pilihan utama. Keduanya
menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan, meskipun
SSMS memiliki risiko utang yang tinggi. DSNG lebih stabil dengan DER moderat
(0,61) dan valuasi relatif wajar (PBV 1,46).
2. Saham CPO dengan Risiko Rendah
Untuk
investor konservatif, AALI dan TAPG adalah pilihan menarik. Kedua saham ini
memiliki DER rendah (masing-masing 0,14 dan 0,12) dan valuasi yang masih murah
(PBV 0,58 untuk AALI). Meskipun pertumbuhan laba bersih AALI rendah (0,1%),
fundamentalnya kuat.
3. Saham CPO yang undervalued dengan
potensi rebound
SIMP:
Saham ini sangat murah dengan PBV 0,36 dan pertumbuhan laba bersih yang tinggi
(84,2%). Namun, penurunan pendapatan (-5,1%) perlu menjadi perhatian.
TBLA:
PBV 0,49 dan pertumbuhan laba bersih 15% menjadikannya kandidat saham
undervalued dengan prospek positif.
4. Saham CPO untuk Jangka Panjang
DSNG:
Kombinasi pertumbuhan solid, DER moderat, dan valuasi wajar membuat saham ini
cocok untuk investasi jangka panjang.
LSIP:
Tanpa utang dan pertumbuhan laba bersih yang tinggi (75%), saham ini menarik
untuk dipertimbangkan, terutama jika ada perbaikan pada sisi pendapatan.
Pemilihan
saham CPO terbaik bergantung pada profil risiko dan tujuan investasi Anda. Jika
menginginkan pertumbuhan tinggi, SSMS dan DSNG adalah pilihan utama. Namun,
untuk keamanan dan valuasi murah, AALI, SIMP, dan TBLA layak dipertimbangkan.
Dalam investasi, penting untuk tidak hanya fokus pada satu indikator, tetapi melihat kombinasi antara pertumbuhan, risiko, dan valuasi. Tetap perhatikan kondisi pasar CPO global, kebijakan pemerintah, dan pergerakan harga komoditas untuk mengoptimalkan portofolio Anda. Baca Juga: Lima Saham IHSG Di Sektor Berbeda Dengan Valuasi Yang Murah (Undervalued)