Kisah Sedih Anak Adopsi Mencari Ibu Kandungnya
Kisah
sedih seorang anak adopsi mencari ibu kandungnya yang ditayangkan disalah satu
Tv swata tanah air benar-benar menguras air mata. Diceritakan, seorang gadis
berkewarga negaraan perancis tapi berdarah Indonesia ingin mengetahui asal
usulnya. Berbekal akta adopsi, ia mencari rekam jejaknya semasa kecil, ia ingin
tahu siapa ibunya, siapa saudaranya, dan siapa saja keluarganya.
Dari
akta adopsi tertera bahwa ibu kandungnya bernama Ibu Nona. Ia pun nekad datang
ke Indonesia untuk mencari sesosok wanita yang telah melahirkan dirinya,
walaupun ia tidak tahu dimana ia harus mencari dan yang lebih parahnya lagi ia
tidak bisa berbahasa Indonesia!
Dibantu
jurnalis dari TV swasta tersebut, sang gadis yang bernama Yulianti membuka
uraian benang kusut yang selama ini susah untuk diurai. Ia berhasil menemui
salah satu saksi dalam akta adopsi. Dari sang saksi tersebutlah, ia mendapatkan
nomor handphone anak dari Ibu Nona, yang diyakininya sebagai ibu kandungnya.
Tapi,
apa yang terjadi? Ketika nomor handphone itu dihubungi, ternyata dari pengakuan
anak ibu Nona ternyata Ibu Nona tidak pernah menyerahkan anaknya di panti
adopsi. Tapi, Yulianti tidak patang arang, ia meminta bertemu dengan anak dan
Ibu Nona tersebut, untuk menguak misteri apa yang terjadi sesungguhnya.
Ternyata
dari pengakuan Ibu Nona, ia tidak pernah memberikan anaknya ke panti adopsi, tapi
ia membantu orang susah dalam kepengurusan anak untuk diadopsi. Dari pernyataan
tersebut, jelaslah sudah kalau Ibu Nona yang diyakini Yulianti sebagai ibu
kandungnya ternyata bukan perempuan yang melahirkan dirinya.
Berbekal
keterangan tersebut, Yulianti berhasil mendapatkan nomor handphone kakak
kandungnya dan segera ia menghubunginya melalui perantara wartawan TV swasta
tersebut, dikarenakan Yulianti tidak bisa berbahasa Indonesia. Ia sempat
berbicara dengan kakak kandungnya dan tentu saja dengan ibunya.
Hingga
suatu waktu, diaturlah pertemuan antara Yulianti dengan keluarga yang selama
ini ia cari. Isak tangis menghiasi suasana, ketika Yulianti hadir
ditengah-tengah keluarganya yang telah lama menantikan dirinya. Kurang lebih 30
tahun lamanya.
Sang
ibu yang sudah renta hanya bisa menangis melihat anaknya hadir di depan
matanya. Setelah berpuluh-puluh tahun tidak pernah dilihatnya. Ketika ditanya,
mengapa ia mau menyerahkan Yulianti untuk diadopsi? Sang Ibu menjawab kalau
keadaan ekonomi keluarganya sangat memprihatinkan saat itu, lagi pula ia
berpesan agar orang tua yang mengadopsinya dapat memberikan kehidupan yang
layak bagi anaknya.
Benar
saja, Yulianti yang diadopsi oleh sepasang suami isteri yang tidak memiliki
keturunan, memberikan kehidupan yang layak baginya termasuk pendidikan.
Yulianti yang merupakan anak ke 7 dari 8 bersaudara ternyata ia satu-satunya
dari keluarganya yang mengenyam pendidikan paling tinggi (sarjana). Berbanding terbalik,
dengan saudaranya yang lain tidak bersekolah.
Ketika
ditanya, apakah Yulianti marah karena diserahkan kepada Panti adopsi? Dengan lembut
ia berkata, ia tidak marah. Apalagi sejak mengetahui alasan dirinya diserahkan
ke panti adopsi. Ia tahu pikiran keluarga akan pilihan sulit tersebut.
Loading...